
KARYA
ILMIAH
MEDIA BAHAN BEKAS DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGGUNTING DAN MEMBUAT BENTUK PADA ANAK DIDIK TK PERTIWI 14.27.12 KARANGDUWUR TAHUN PELAJARAN 2014 /
2015
Disusun
dan diajukan sebagai salah satu tugas akhir dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional ( PAUD 4501 ) Program Studi
S1 PG PAUD FKIP Universitas Terbuka
Disusun
oleh :
Nama : Rini Dwi Wijayanti
NIM : 821917923
Email : rinidwiwijayanti@gmail.com
UNIVERSITAS
TERBUKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT
PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH PURWOKERTO
TAHUN
2015.1
PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH
Yang
bertanda tangan dibawah ini Hj. Siti Saminatus Sangadah, S.Pd.M.M selaku
pembimbing Karya Ilmih dari mahasiswa :
Nama : Rini Dwi Wijayanti
NIM : 821917923
Program
Studi : S1 PGPAUD
UPBJJ-UT : Purwokerto
Menyatakan
bahwa Karya Ilmiah dari mahasiswa tersebut diatas dengan judul MEDIA BAHAN BEKAS DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGGUNTING DAN MEMBUAT BENTUK PADA ANAK DIDIK TK PERTIWI 14.27.12 KARANGDUWUR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015 layak diunggah ke
aplikasi Karya Ilmiah Universitas
Terbuka sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan dan bukan merupakan
plagiat.
Demikian
untuk menjadikan periksa dan guna seperlunya.
|
Kebumen, 10 April
2015
|
|
Pembimbing
Hj.
SITI SAMINATUS SANGADAH, S.Pd.MM
NIP
|
MEDIA BAHAN BEKAS DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGGUNTING DAN MEMBUAT BENTUK PADA ANAK DIDIK TK PERTIWI 14.27.12 KARANGDUWUR TAHUN PELAJARAN 2014 /
2015
Rini Dwi Wijayanti[1]
Abstrak
Pada
kegiatan pembelajaran di TK Pertiwi 14.27.12 Karangduwur ditemukan adanya
masalah kurangnya kemampuan menggunting dan membuat bentuk. Sering kali anak
masih kesulitan dalam mengikuti kegiatan menggunting dan membuat bentuk.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menggunting
dan membuat bentuk dengan media bahan bekas.
Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan pada semester II tahun Pelajaran
2014-2015. Tempat pelaksanaan di TK Pertiwi 14.27.12 Karangduwur, siklus I pada
tanggal 10 -24 Februari 2015 dan siklus II pada tanggal 27 Februari-12 Maret
2015. Pada tiap siklus terdiri dari 5 RKH dan empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Dari hasil perbaikan pembelajaran dapat
dilihat peningkatan kemampuan menggunting dan membuat bentuk yang pada studi awal
hanya 28% pada siklus I meningkat menjadi 56% dan pada siklus II meningkat
menjadi 83%.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan media bahan bekas dapat meningkatkan
kemampuan menggunting dan membuat bentuk pada anak didik TK Pertiwi 14.27.12
Tahun Pelajaran 2014-2015.
Kata
Kunci : media bahan bekas, menggunting. membuat bentuk.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Batasan
tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for the Education of Young Children), yang mengatakan bahwa
anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang
tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada
keluarga (family child care home),
pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD (NAEYC, 1992).
Sedangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003).
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas dapat dibuat identifikasi masalah sebagai
berikut : a)
anak masih kaku dalam memegang gunting, b)
cara anak menggunting belum sesuai dengan pola yang diharapkan, c) Anak kurang tertarik
melaksanakan kegiatan, d)
anak kurang konsentrasi pada kerjaannya, e) hasil
kegiatan menggunting dan membuat bentuk dari bahan bekas anak masih rendah.
Analisis Masalah
Setelah
masalah teridentifikasi, peneliti menganalisis masalah sebagai berikut : a) materi kurang menarik,
b) media yang digunakan kurang
menarik minat anak, c)
suasana lingkungan kurang menunjang.
Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan dari
analisis masalah di atas guru memerlukan perbaikan dengan menggunakan media
bahan bekas. Dengan media tersebut diharapkan kemampuan anak dalam menggunting
dan membuat bentuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan perbaikan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: a) apakah dengan
menggunakan media bahan bekas dapat meningkatkan kemampuan menggunting pada
anak didik TK Pertiwi 14.27.12 Karangduwur?
dan b) apakah dengan menggunakan media bahan
bekas dapat meningkatkan kemampuan membuat bentuk pada anak didik TK Pertiwi
14.27.12 Karangduwur?
Tujuan Perbaikan
Tujuan
umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan
kemampuan menggunting dan membuat bentuk dari media bahan bekas pada anak didik
TK Pertiwi 14.27.12 Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Tahun
Pelajaran 2014/2015. Sedangkan secara khusus penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
menggunting dan membuat bentuk menggunakan bahan bekas pada anak didik TK
Pertiwi 14.27.12 Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran
2014/2015.
Manfaat Perbaikan
Ditinjau
dari hasil penelitian manfaat teoritis dapat memberikan manfaat secara teoritis
yang diharapkan dapat menjadi acuan atau masukan yang bermanfaat bagi
penelitian selanjutnya. Penelitian ini secara
praktis juga bermanfaat bagi
guru yaitu: 1) meningkatkan
profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar, 2) sebagai pandangan serta
perubahan yang lebih menarik dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk
dengan media bahan bekas, 3) untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan optimal, guru lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan
media supaya anak termotivasi untuk mengikuti, dan 4) dengan melakukan PTK
membuat guru lebih percaya diri. Manfaat bagi anak didik
adalah: 1) anak mendapat pengalamaan langsung untuk mengembangkan koordinasi
mata dan tangan serta mengembangkan kemampuan anak dalam kegiatan menggunting
dan membuat bentuk dari bahan bekas yang menyenangkan, 2) memberikan pengalaman
belajar yang bermakna, 3) dapat meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Sementara itu
manfaat bagi sekolah adalah: 1) sebagai sarana
pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru, 2) memberikan masukan bagi
peningkatan mutu pembelajaran yang lebih baik. Sedangkan manfaat
bagi orang tua mampu menambah wawasan bagi orang tua dan masyarakat tentang
kemampuan menggunting dan membuat bentuk dari bahan bekas terhadap kemampuan
motorik halus anak.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat
Media
Menurut Heinich,
Molenda, dan Russell (1993) media merupakan saluran komunikasi. Media berasal
dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Mereka mencontohkan media ini dengan film, televisi,
diagram, bahan tercetak (printed
materials), komputer, dan instruktur. Menurut Gagne, media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar.
Sedangkan Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar. Media adalah sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat
kerasnya (NEA, 1969).
Hakikat
Bahan Bekas
Dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, barang adalah sebagai benda yang berwujud. Sedangkan bekas adalah
sisa habis dilalui, sesuatu yang menjadi sisa dipakai. Jadi bahan bekas adalah
sebagai benda-benda
yang pernah dipakai (sisa), yang kegunaanya tidak sama seperti benda yang baru.
Tujuan
Menggunakan Media Bahan Bekas
Tujuan guru menggunakan media bahan
bekas adalah: a) Menciptakan
permainan baru dengan memanfaatkan bahan sisa sebagai media bermain di Taman
Kanak-kanak, b) Memotivasi
guru untuk lebih peka dalam mengoptimalkan penggunaan bahan sisa sebagai sarana
bermain atau sumber belajar bagi anak agar lingkungan belajar lebih berkarya, c) Mengetahui aneka ragam
bahan sisa yang dapat dijadikan sebagai alat bermain atau sumber belajar, d) Memahami dan mematuhi
kriteria keamanan dalam pembuatan atau menciptakan alat main.
Macam-Macam
Bahan Bekas
Didalam buku
modul UT Bermain dan Permainan Anak tahun 2012 (hal. 8.10) macam-macam bahan
bekas atau bahan sisa di lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu: a) Kertas bekas (majalah, koran, kantong
beras, dan lain-lain), b) Kardus/karton, c) Kain/bahan kaos, d) Plastik/kaleng, e) Styrofoam dan busa, f) Tutup botol dan karet, g) Tali.
Hakikat
Kemampuan
Kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri
(Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10)). Kemampuan berasal dari kata mampu
yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan
berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1989: 552-553).
Hakikat
Menggunting
Menggunting
adalah salah satu aktivitas atau kegiatan memotong yang melibatkan atau
membutuhkan koordinasi antara mata, tangan dan konsentrasi (Depdiknas 2010).
Hakikat
Membuat
Membuat
berasal dari kata dasar buat. Membuat memiliki arti menciptakan
(menjadikan, menghasilkan); membikin: melakukan; mengerjakan; menggunakan
(untuk); memakai (untuk): menyebabkan;
mendatangkan: http://www.artikata.com/arti-360398-membuat.html
di akses 27 Maret 2015).
Hakikat
Bentuk
Bentuk
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Rupa atau wujud yang ditampilkan.
Sedangkan Plato mengemukakan bahwa rupa atau bentuk merupakan bahasa
dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaan-perbedaan seperti terdapat dalam
bahasa kata-kata.
Kerangka Berfikir
Dari
kegiatan perbaikan menggunakan media bahan bekas diharapkan dalam pembelajaran
menggunting dan menciptakan bentuk dapat meningkat.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan
kajian teori di atas dengan mempertimbangkan dan merujuk pada teori–teori yang
ada disusunlah tindakan yang peneliti uraikan sebagai berikut: Penggunaan media
bahan bekas dapat meningkatkan kemampuan anak dalam kegiatan menggunting dan
membuat bentuk di TK Pertiwi 14.27.12.
RENCANA PERBAIKAN
Subjek Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan di TK Pertiwi 14.27.12 Karangduwur Kecamatan Ayah
Kabupaten Kebumen. Taman Kanak-kanak Pertiwi
14.27.12 Karangduwur dengan jumlah
18 anak didik yang terdiri dari 10 anak laki-laki
dan 8 anak perempuan pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus yaitu: siklus
I dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2015, 13 Februari 2015, 16 Februari 2015, 20
Februari 2015, 24 Februari 2015
dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2015, 3 Maret 2015, 6 Maret 2015, 10
Maret 2015, 12 Maret 2015.
Tema
Tema
dalam perbaikan adalah Alat Komunikasi
dengan sub tema meliputi: 1) macam-macam alat
komunikasi, 2) alat komunikasi yang dimiliki anak, 3) guna alat komunikasi, 4)
bentuk fisik alat komunikasi, dan 5)
macam-macam benda pos.. Indikator meliputi: 1) Menciptakan sesuatu
dari bahan bekas (misal : membuat mobil-mobilan dari kardus bekas) (FM 56), 2) Menggunting dengan
berbagai media berdasarkan bentuk/pola (lurus, lengkung, segi tiga) (FM 61). Tingkat pencapaian
perkembangan: 1) Melakukan
eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, 2) Menggunting sesuai dengan pola.
Kelompok
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK Pertiwi
14.27.12 Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen semester II Tahun Pelajaran
2014/2015 pada anak kelompok B dengan jumlah peserta 18 anak, terdiri dari 10
putra dan 8 putri.
Karakteristik
Karakteristik
Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak dalam kemampuan Fisik/motorik sesuai
dengan KBK TK (dalam Masitoh, dkk. 2004) pengembangan kemampuan fisik/motorik
bertujuan untuk memperkenalkan serta melatih gerakan kasar dan halus,
meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi,
serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat
menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat, dan terampil.
Deskripsi Rencana Perbaikan
Rencana Pelaksanaan
Desain prosedur kegiatan pengembangan tertuang dalam
rencana perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam menyusun rencana
pelaksanaan yaitu: (1) menetapkan setting dan waktu pelaksanaan perbaikan
pembelajaran untuk dua siklus, yaitu untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2015, 13 Februari 2015, 16 Februari 2015, 20
Februari 2015, 24 Februari 2015
dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2015, 3 Maret 2015, 6 Maret 2015, 10
Maret 2015, 12 Maret 2015.
(2) menetapkan materi pembelajaran yaitu menggunting dan membuat bentuk, (3) menetapkan tujuan perbaikan pembelajaran yaitu media bahan bekas dapat
meningkatkan kemampuan menggunting dan membuat bentuk pada anak didik TK
Pertiwi 14.27.12, (4) menyusun rancangan dan rencana perbaikan, menyusun
Rencana Kegiatan Harian (RKH) lengkap dengan perangkat alat dan bahan
pembelajaran, skenario perbaikan pembelajaran, lembar penelitian dan pengamatan
serta melaksanakan kegiatan pengembangan dan melakukan pengataman/observasi dan
menyusun lembar refleksi setiap siklus.
Prosedur Pelaksanaan PTK
Peneliti
dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dibimbing dan dibantu
oleh Supervisor 2 dan Observer.
Supervisor 2 yaitu:
Siti Mardiyah, S.Pd.AUD, Kepala TK Pertiwi 14.27.12 Karangduwur,
NUPTK: 1546747653300002.
Sedangkan Observer yaitu: Salimah,
S.Pd.AUD, Guru TK Pertiwi
14.27.12 Karangduwur, NUPTK: 4462749651300002.
Sebelum
melaksanakan perbaikan pembelajaran, supervisor 2 dan observer mempunyai tugas
sebagai berikut: 1) Membimbing
mahasiswa tempat mengajar terkait dengan perbaikan kegiatan pengembangan yang
dilakukan mahasiswa/peneliti, 2) Memberi
masukan terhadap rancangan satu
siklus, Rencana Kegiatan Harian (RKH) Perbaikan, dan Skenario Perbaikan yang disusun
oleh mahasiswa/peneliti, 3) Menilai
rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan format lembar penelitian
kemampuan merencanakan perbaikan tingkat pengembangan (APKG-PKP 1).
Pada
pelaksanaan tindakan, mengacu pada skenario pembelajaran yang dituangkan ke
dalam Rencana Kegiatan Harian di kedua siklus. Untuk memecahkan masalah yang
telah dituangkan, maka dioptimalkan melalui penggunaan media bahan bekas untuk
meningkatkan kemampuan menggunting dan membuat bentuk.
Rencana Pengamatan dan Pengumpulan Data
Rencana
pengamatan dilakukan dengan observasi dan penilaian hasil karya anak kelompok B
TK Pertiwi 14.27.12 Karangduwur
pada kegiatan menggunting dan membuat bentuk.
Adapun aspek yang dinilai adalah kerapihan,
kemandirian, kedisiplinan, ketertiban, hasil, dan kesesuaian bentuk.
Pengumpulan data anak dimasukkan ke dalam Rencana
Kegiatan Harian, dilanjutkan ke Rencana Kegiatan Mingguan, Program Semester, kemudian Program Tahunan yang pada
akhirnya dituangkan ke dalam laporan penilaian anak didik/LPAD.
Rencana Refleksi
Refleksi di
laksanakan segera setelah kegiatan pembelajaran selesai. Pada tahap ini
peneliti menganalisa kekurangan-kekurangan yang terjadi pada penelitian yang
telah dilakukan guna menentukan langkah berikutnya. Refleksi dilakukan setelah
selesai kegiatan siklus satu yaitu tanggal
10 Februari 2015, 13 Februari 2015, 16 Februari 2015, 20 Februari 2015, 24
Februari 2015 dan siklus dua yaitu tanggal 27 Februari 2015, 3 Maret 2015, 6
Maret 2015, 10 Maret 2015, 12 Maret 2015. Refleksi dilakukan
dengan cara diskusi dengan teman sejawat, dan berkonsultasi dengan nara sumber.
Refleksi bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki guru dalam pelaksanaan perbaikan kegiatan pengembangan
yang dikelolanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perbaikan Tiap Siklus
Rancangan
pengembangan pembelajaran tiap siklus dibuat dalam 5 Rencana Kegiatan Harian
(RKH), skenario perbaikan, dan refleksi RKH perbaikan. RKH perbaikan terdiri
dari 4 kegiatan, yaitu: (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti; (3) istirahat;
dan (4) kegiatan akhir.
Dalam
kegiatan awal dimulai dengan berbaris di luar kelas, kemudian masuk kelas
dengan tertib dan berurutan. Setelah semua anak duduk, kemudian berdoa sebelum
belajar, diikuti dengan menjawab salam. Agar anak bersemangat untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran, guru berbagi pengalaman dengan bercerita kemudian
bercakap-cakap atau melakukan tanya jawab atau bernyanyi yang sesuai dengan
tema pembelajaran yaitu tentang alat
komunikasi. Setelah itu, agar anak lebih kuat secara
fisik dan untuk mengembangkan otot tubuh maka dilakukan olah fisik motorik
kasar. Setelah itu sebagai penutup dalam kegiatan awal, peneliti menjelaskan
pembelajaran yang akan dilaksanakan hari itu.
Setelah
kegiatan awal maka kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan inti
yang akan dilaksanakan pada hari itu dijelaskan kepada anak didik oleh
peneliti. Peneliti menjelaskan dan memperlihatkan media apa saja yang akan
dipakai dalam pembelajaran. Kemudian peneliti memperagakan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Setelah itu peneliti menjelaskan kembali secara singkat sebelum anak
didik melaksanakan tugas yang diberikan oleh peneliti. Peneliti memberikan
bimbingan kepada anak yang belum mampu dan melakukan penilaian terhadap hasil
karya anak didik. Setelah kegiatan inti selesai maka kemudian dilanjutkan
dengan istirahat.
Setelah melaksanakan pembelajaran
dari awal sampai akhir peneliti mengulas kegiatan satu hari dan bercerita untuk
peregangan otak. Kemudian mengambil kesimpulan dan memberi pesan dan saran
kepada peserta didik. Kegiatan selesai dan diakhiri dengan doa setelah kegiatan
dan diikuti dengan menjawab salam.
Langkah-langkah perbaikan kegiatan menggunting dan
membuat bentuk selama dua siklus dilaksanakan sebagai berikut: (1) peneliti menyiapkan dan menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu gunting,
lem, kertas bekas, koran bekas dan lembar kerja penilaian; (2) peneliti memperlihatkan
hasil menggunting dan membuat bentuk yang
sudah jadi; (3) peneliti menjelaskan dan memperagakan cara menggunting dan membuat bentuk yang benar di depan anak didik; (4) anak melaksanakan kegiatan menggunting
dan membuat bentuk dengan bahan bekas; (5) peneliti memberi
bimbingan dan motivasi pada anak yang belum mampu; dan (6) peneliti memberi
penilaian pada anak didik.
Pada
siklus I, selama perbaikan kegiatan menggunting
dan membuat bentuk berlangsung, peneliti melakukan observasi ke 1 terhadap anak didik dengan cara membuat catatan kecil-catatan kecil
dan lembar penilaian dan membimbing anak yang belum mampu dalam kegiatan menggunting dan membuat bentuk. Setelah dilakukan observasi kemudian peneliti melakukan refleksi
terhadap RKH perbaikan siklus I.
Pada
refleksi RKH perbaikan siklus I hari kesatu, anak dikenalkan dengan media yang
dipakai dalam pembelajaran menggunting
dan membuat bentuk amplop menggunakan kertas bekas
yaitu lem, gunting
dan kertas bekas. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa anak yang mampu
menggunting dan membuat bentuk
hanya 5 anak didik dari jumlah
18 anak didik atau 28%. Dari hasil tersebut
maka peneliti tergerak untuk melakukan perbaikan pada hari berikutnya.
Pada
hari kedua peneliti menggunakan koran
bekas, gunting dan lem untuk kegiatan menggunting dan membuat bentuk amplop
besar. Tingkat keberhasilan mulai ada
perubahan walaupun belum menggembirakan. Jumlah anak yang mampu menggunting dan membuat bentuk menjadi
6 anak didik
atau 33% dari jumlah 18 anak didik. Oleh karena itu, masih perlu
perbaikan pada hari berikutnya.
Pada
hari ketiga peneliti memperhatikan media yang dipergunakan dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk majalah dari koran bekas
yaitu gunting, kertas bekas, koran bekas, lem.
Pada hari ketiga ini jumlah anak didik yang mampu menggunting dan membuat bentuk naik menjadi
7 anak didik atau 61% dari jumlah 18 anak
didik.
Pada
hari keempat ini peneliti menjelaskan kegiatan menggunting dan membuat bentuk handphone dengan kardus bekas, kertas bekas, gunting dan lem.
Peneliti memberi bimbingan pada anak yang masih mengalami kesulitan. Dari jumlah anak didik 18 ternyata bertambah dua
anak yang mampu
menggunting dan membuat bentuk menjadi
9 anak didik atau naik menjadi 50%.
Peneliti menjelaskan teknik yang dipakai dalam
pembelajaran meggunting dan membuat bentuk handphone (tablet) menggunakan media gunting, koran bekas, kertas bekas
dan lem, kemudian peneliti memperlihatkan hasilnya kepada anak didik. Peneliti
memberikan bimbingan kepada anak yang masih memerlukannya. Pada hari kelima ini
anak yang mampu menggunting dan membuat bentuk menjadi 10 anak didik dari 18
anak didik atau 56 %.
Pada siklus pertama ini, jumlah anak didik 18 yang
telah mampu menggunting dan membuat bentuk baru 10 anak didik. Jadi, tingkat
keberhasilannya baru mencapai 56% sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut
yaitu pada siklus kedua.
Beberapa
kendala atau hal yang menyebabkan perbaikan menggunting
dan membuat bentuk pada siklus I belum berhasil dan
perlu mendapat perhatian, yaitu: 1) Anak masih kaku dalam memegang gunting, 2) Cara anak menggunting belum sesuai dengan pola yang diharapkan, 3) Anak kurang tertarik melaksanakan kegiatan, 4) Anak kurang konsentrasi pada pekerjaanya, 5) Sebagian anak belum dapat bekerja secara mandiri.
Siklus
II
Untuk
mengatasi kendala yang terjadi pada siklus I, maka pada siklus II peneliti akan
melakukan observasi dengan cara lebih memfokuskan pada media yang digunakan, lebih detail dalam
menerapkan langkah-langkah menggunting
dan membuat bentuk, mengamati kesulitan anak dalam menggunting dan membuat bentuk,
membimbing dan memberi motivasi kepada anak yang masih belum mampu menggunting dan membuat bentuk,
dan membuat catatan-catatan untuk penilaian.
Dan
sebagai refleksi RKH perbaikan Siklus II pada hari pertama, peneliti menjelaskan
kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ke 1, peneliti memperlihatkan
media yang akan digunakan dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk.
Peneliti memperagakan cara menggunting dan membuat bentuk yaitu membuat bentuk
amplop dan surat. Dalam kegiatan ini, anak yang mampu menggunting dan membuat
bentuk dengan baik atau sesuai harapan bertambah 1 anak dari 10 anak yang mampu
menggunting dan membuat bentuk pada siklus pertama yaitu menjadi 11 anak dari
jumlah 18 anak didik, atau naik menjadi 61%. Peneliti akan memperbaiki pada
hari berikutnya.
Pada
hari kedua peneliti memperlihatkan hasil menggunting dan membuat bentuk kotak
pos dan memperagakan bagaimana cara menggunting dan membuat bentuk kotak pos
kepada anak didik. Pada kegiatan hari ke 2 ini, jumlah anak yang mampu menggunting
dan membuat bentuk
menjadi 12 anak didik dari 18 anak didik atau naik menjadi 67%. Peneliti
memberikan motivasi dan bimbingan pada anak didik yang belum mampu menggunting
dan membuat bentuk. Peneliti akan memperbaiki dihari berikutnya.
Pada
hari ketiga ini peneliti mengenalkan bentuk telepon dari kaleng susu bekas
dalam kegiatan menggunting dan membuat bentuk, kemudian peneliti memperagakan
bagaimana cara menggunting dan membuat bentuk telepon dari kaleng susu bekas di
depan anak didik. Peneliti juga tetap memberikan motivasi dan bimbingan kepada
anak didik yang belum mampu menggunting dan membuat bentuk. Tingkat
keberhasilan pada hari ketiga yaitu 13 anak dari 18 anak didik, atau naik
menjadi 72%. Peneliti masih akan terus memperbaiki dihari berikutnya karena
target keberhasilan kemampuan menggunting dan membuat bentuk pada anak didik
belum tercapai.
Pada
hari keempat peneliti memperagakan bagaimana cara menggunting dan membuat
bentuk radio pada anak didik. Selain itu peneliti juga memperlihatkan hasil
dari kegiatan menggunting dan membuat bentuk radio tersebut. Tingkat
keberhasilan pada hari ke empat naik menjadi 14 anak dari 18 anak didik, atau
naik menjadi 78%. Meskipun tingkat keberhasilan sudah lebih dari 75% yang
berarti telah memenuhi target, tetapi peneliti ingin memaksimalkan kemampuan
anak dalam menggunting dan membuat bentuk pada siklus kedua ini dihari
selanjutnya.
Pada
hari kelima ini peneliti mengenalkan menggunting dan membuat bentuk televisi dengan
memperagakan di depan anak didik. Peneliti juga tetap sambil memberi motivasi
dan bimbingan bagi anak yang belum mampu menggunting dan membuat bentuk. Pada
hari kelima ini jumlah anak yang mampu meningkat menjadi 15 anak dari 18 anak
didik. Dari hasil ini maka peneliti merasa sudah berhasil dengan maksimal
karena 83% anak didik sudah mampu menggunting dan membuat bentuk dengan media
bahan bekas.
Pada
siklus 2 hasil pengamatan menunjukkan ada kenaikan kemampuan menggunting dan
membuat bentuk dimana pada akhir siklus 1 hanya 10 anak atau 56% yang mampu menggunting
dan membuat bentuk menjadi 15 anak atau meningkat menjadi 83% dari jumlah 18
anak didik.
Pembahasan Tiap Siklus
Temuan - Temuan
Setelah peneliti melaksanakan perbaikan
pembelajaran menggunting dan membuat bentuk melalui Penelitian Tindakan Kelas
yang dilaksanakan dalam dua siklus ditemukan hal –hal sebagai berikut: 1) Respon anak dalam
pelaksanaan pembelajaran bersemangat sehingga kesulitan tidak dirasakan, b) Timbul peningkatan kemampuan
dan peduli sosial untuk anak yang sudah mampu, ditandai dengan anak yang sudah
mampu memberitahukan kekurangan temannya dan itu terjadi dalam kelompok kecil,
c) Timbul kemauan yang tumbuh dari diri anak sehingga dalam pembelajaran
menggunting dan membuat bentuk tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Melalui refleksi terhadap perbaikan
pembelajaran yang telah dilaksanakan peneliti terhadap perbaikan pembelajaran
yang telah dilaksanakan peneliti menemukan beberapa kelemahan yang dapat
mengurangi validitas realibitas temuan yaitu: 1) Penelitian Tindakan Kelas memerlukan
komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya. Waktu peneliti menjadi
terbagi menjadi dua yaitu waktu
penelitian dan tugas rutinnya, b) Kurangnya
pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam teknik dasar penelitian sehingga
peneliti pada umumnya kurang tertarik melakukan penelitian dan juga kurangnya
pemahaman tentang Penelitian Tindakan Kelas.
Hubungan Pelaksanaan Perbaikan
RKH dan Skenario
Pelaksanaan perbaikan disesuaikan dengan skenario
perbaikan. Hubungan antara keduanya dijelaskan sebagai berikut:
Siklus I
Pada
perencanaan, peneliti
menyiapkan 5 Rencana Kegiatan Harian dan skenario perbaikan yang mencakup
langkah-langkah guru dalam perbaikan pembelajaran. Selain Rencana Kegiatan
Harian, peneliti juga menyiapkan lembar penilaian, media pembelajaran yaitu
gunting, kertas bekas, koran bekas, kardus bekas dan lem. Kemudian anak didik
untuk melaksanakan pembelajaran menggunting dan membuat bentuk. Guru
merencanakan untuk menggunting dan membuat bentuk, kemudian mempersiapkan dan
memperagakan di depan anak didik. Guru juga menanyakan kembali jika ada anak didik yang belum jelas
cara menggunting dan membuat bentuk dan memberikan bimbingan bagi yang belum
mampu.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran menggunting dan
membuat bentuk dilaksanakan
dalam lima (5) Rancangan Kegiatan Harian yaitu: 1) Selasa, 10 Februari 2015, 2) Jum’at, 13 Februari 2015, 3) Selasa, 16 Februari 2015, 4) Jum’at, 20 Februari 2015, 5) Selasa, 24 Februari 2015.
Pelaksanaan kegiatan perbaikan
dimulai dengan kegiatan awal, yaitu diawali
dengan berbaris masuk ke dalam kelas kemudian berdoa sebelum belajar, mengucap
salam. Agar anak lebih bersemangat dalam pembelajaran guru mengajak anak
bercakap-cakap dan menyanyi lagu
yang sesuai dengan tema (alat komunikasi). Kemudian dilanjutkan dengan berbagi
cerita yang dilakukan oleh anak dan fisik motorik kasar agar anak lebih kuat
secara fisik dan mengembangkan otot tubuh. Setelah itu peneliti menjelaskan
pembelajaran yang akan dilaksanakan hari itu.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang
akan dilaksanakan dijelaskan kepada anak didik oleh peneliti. Peneliti
menjelaskan dan memperlihatkan media apa saja yang akan dipakai dalam
pembelajaran. Peneliti memperagakan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Peneliti menjelaskan kembali secara singkat sebelum anak didik
melaksanakan tugas yang diberikan oleh peneliti. Peneliti memberikan bimbingan
kepada anak yang belum mampu dan melakukan penilaian terhadap hasil karya anak
didik. Setelah
kegiatan inti selesai maka dilanjutkan dengan istirahat. Kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan akhir, peneliti mengulas
kegiatan satu hari dan bercerita untuk peregangan otak. Dan mengambil
kesimpulan dan memberi pesan dan saran kepada anak didik. Kegiatan selesai dan
diakhiri dengan do’a pulang.yang diikuti dengan
menjawab salam.
Observasi
pada siklus I dilakukan dengan cara mengamati kegiatan penelitian yang sedang
dilaksanakan dan membatu anak yang
masih perlu bimbingan dalam pembelajaran
menggunting dan membuat bentuk yang
kemudian dilakukan penilaian. Penilaian yang
digunakan adalah alat penilaian hasil karya dengan aspek yang dinilai
kerapihan, kemandirian, kedisiplinan, ketertiban, hasil, kesesuaian bentuk
dengan simbol (●)
untuk anak yang sudah berhasil dan ( )
untuk anak yang belum berhasil.
Siklus II
Berdasarkan
hasil refleksi siklus pertama peneliti menetapkan dan menyiapkan rencana
perbaikan pembelajaran untuk siklus kedua dan skenario perbaikannya.
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti terdapat pada skenario perbaikan
juga menyiapkan alat peraga dan evaluasinya.
Kegiatan yang akan dilaksanakan
disiklus kedua terdapat pada Rencana Kegiatan Harian, dengan jadwal sebagai
berikut: 1) Jum’at, 27 Februari 2015, 2) Selasa, 3 Maret 2015, 3) Jum’at, 6 Maret 2015, 4) Selasa, 10 Maret 2015, 5) Kamis, 12 Maret 2015.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dimulai dengan kegiatan awal, yang diawali dengan berbaris
masuk ke dalam kelas kemudian berdoa sebelum belajar, mengucap salam. Agar anak
lebih bersemangat dalam pembelajaran guru mengajak anak bercakap-cakap dan
menyanyi yang sesuai dengan tema (Alat komunikasi). Kemudian dilanjutkan dengan
berbagi cerita yang dilakukan oleh anak dan fisik motorik kasar agar anak lebih
kuat secara fisik dan mengembangkan otot tubuh. Setelah itu peneliti
menjelaskan pembelajaran yang akan
dilaksanakan hari itu. Untuk kegiatan inti
yang akan dilaksanakan dijelaskan kepada anak
didik oleh peneliti. Peneliti menjelaskan dan memperlihatkan media apa saja
yang akan dipakai dalam pembelajaran. Peneliti memperagakan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Peneliti menjelaskan kembali secara
singkat sebelum anak didik melaksanakan tugas yang diberikan oleh peneliti.
Peneliti memberikan bimbingan kepada anak didik yang belum mampu dan melakukan
penilaian terhadap hasil karya anak didik. Setelah kegiatan inti
selesai maka selanjutnya adalah istirahat. Setelah melaksanakan pembelajaran
dari awal sampai akhir peneliti mengulas kegiatan satu hari dan bercerita untuk
peregangan otak kemudian peneliti mengambil kesimpulan dan memberi pesan dan
saran kepada anak didik. Kegiatan selesai dan diakhiri dengan doa setelah
kegiatan diikuti dengan menjawab salam.
Observasi
pada siklus II
dilakukan dengan cara mengamati kegiatan penelitian yang sedang
dilaksanakan dan membatu anak yang
masih perlu bimbingan dalam
pembelajaran menggunting dan membuat bentuk yang kemudian dilakukan
penilaian. Penilaian yang digunakan adalah alat
penilaian hasil karya dengan aspek yang dinilai kerapihan, kemandirian,
kedisiplinan, ketertiban, hasil, kesesuaian bentuk dengan simbol (●)
untuk anak yang sudah berhasil dan ( )
untuk anak yang belum berhasil.
Hubungan Pelaksanaan Perbaikan
dengan Rencana untuk Siklus akan Datang
Pelaksanaan
perbaikan tentunya berkaitan dengan rencana siklus selanjutnya jika perbaikan
pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan yang sesuai dengan kriteria
keberhasilan. Perbaikan pembelajaran dirancang oleh peneliti dalam bentuk
Rancangan Kegiatan Harian (RKH) yang berjumlah lima (5) tiap siklus.
Rancangan
langkah-langkah perbaikan persiklus, yaitu diawal siklus I kegiatan
pembelajaran menggunting dan membuat bentuk hasilnya belum maksimal karena
dalam menggunakan media bahan bekas tingkat keberhasilan belum sesuai dengan
harapan. Kondisi awal dari 18 anak didik hanya
5 anak didik yang berhasil menggunting dan membuat bentuk atau 28 %. Setelah peneliti
melakukan tindakan perbaikan siklus keadaan berubah menjadi 56% atau 10 anak dari jumlah 18 anak didik yang mampu menggunting
dan membuat bentuk.
Kemudian pada siklus
kedua anak diberi tugas untuk menggunting dan
membuat bentuk dengan cara yang lain. Cara yang lebih sulit namun mudah diingat,
guru memperagakan di depan anak–anak bagaimana cara menggunting dan membuat
bentuk tersebut. Pada siklus kedua ini untuk pembelajaran menggunting dan
membuat bentuk keberhasilannya mencapai 83%
dari jumlah 18 anak didik atau naik menjadi 15 anak yang mampu menggunting
dan membuat bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran menggunting
dan membuat bentuk mengalami keberhasilan dan berakhir pada siklus kedua.
Hubungan
keduanya dapat dilihat dari hasil refleksi pada pertemuan tiap siklusnya. Hasil
releksi tindakan pada siklus pertama yaitu : Hasil refleksi tindakan
siklus I pada pertemuan pertama adalah hasil
refleksi pertemuan pertama pada kegiatan menggunting dan membuat bentuk adalah
persiapan yang telah dilakukan guru sudah baik, namun penggunaan media yang
digunakan masih belum maksimal. Pada
pertemuan kedua, media berfungsi dengan
baik dan anak–anak aktif melakukan kegiatan menggunting dan membuat bentuk.
Namun guru belum memberikan motivasi kepada anak dengan baik sehingga anak
mengeluh dan cepat lelah. Penggunaan
media bahan bekas pada pertemuan ketiga
belum dapat optimal karena pengorganisasian anak oleh guru belum berhasil.
Pada pertemuan keempat, perbaikan pada penggunaan
media yang diterapkan pada kegiatan cukup berhasil sehingga kegiatan menggunting
dan membuat bentuk berlangsung dengan baik.
Pada pertemuan kelima keterampilan anak dalam kegiatan menggunting dan
membuat bentuk belum menunjukan peningkatan yang diharapkan sehingga perlu
dilakukan upaya tindakan perbaikan pada siklus kedua.
Karena
tindakan perbaikan pembelajaran menggunting dan membuat bentuk belum
menunjukkan keberhasilan pada siklus I, maka dilakukan tindakan perbaikan pada
siklus II. Hasil refleksi tindakan pada siklus kedua yaitu: Hasil refleksi
pertemuan pertama pada kegiatan menggunting dan membuat bentuk adalah persiapan
yang telah dilakukan guru sudah baik, namun penggunaan media yang digunakan
masih belum maksimal. Pada pertemuan
kedua, media berfungsi dengan baik dan anak–anak
aktif melakukan kegiatan menggunting dan membuat bentuk. Guru memberikan
motivasi pada anak yang belum mampu. Penggunaan media pada pertemuan ketiga
sudah optimal sehingga keterampilan anak dalam menggunting dan membuat bentuk
meningkat. Perbaikan
pada penggunaan media bahan bekas yang diterapkan pada pertemuan keempat cukup berhasil
sehingga kegiatan menggunting dan membuat bentuk berhasil dengan baik dan anak
merasa senang. Target penelitian sudah terpenuhi dengan indikasi 76% siswa
sudah mampu menggunting dan membuat bentuk.
Pada pertemuan
ke 5, kemampuan anak dalam menggunting
dan membuat bentuk telah jauh melampaui target penelitian yaitu meningkat
menjadi 83%. Sehingga perbaikan pembelajaran dinyatakan telah berhasil secara
maksimal dan selesai pada siklus yang ke 2 ini.
Data Hasil Perbaikan
Pembelajaran (Kualitatif dan Kuantitatif)
Perbaikan
kemampuan menggunting dan membuat bentuk yang dilaksanakan dalam dua siklus
ternyata menunjukkan peningkatan yang
cukup menggembirakan. Perolehan dan tingkat kemampuan menggunting dan
membuat bentuk pada siklus I yaitu 10 anak dari jumlah anak 18 atau 56% yang sudah
berhasil dan 8 anak atau 44% yang belum berhasil. Pada siklus II anak yang
sudah berhasil meningkat menjadi 15 anak
atau 83% dari jumlah anak 18 dan yang belum berhasil 3 anak atau 17 %
dari jumlah anak 18.
Dengan
memperhatikan tabel hasil belajar dapat diketahui distribusi frekuensi
peningkatan menggunting dan membuat bentuk dengan media bahan bekas sebagai
berikut:
No
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Kriteria
Penilaian
|
Jumlah
Anak
|
|||
Sudah
Berhasil
|
Belum Berhasil
|
|||||
1.
|
Kondisi Awal
|
5
|
28%
|
13
|
72%
|
18
|
2.
|
Siklus 1
|
10
|
56%
|
8
|
44%
|
18
|
3.
|
Siklus 2
|
15
|
83%
|
3
|
17%
|
18
|
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pengamatan selama melaksanakan siklus perbaikan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Dengan menggunakan media bahan bekas dapat
meningkatkan kemampuan menggunting pada anak didik TK
Pertiwi 14.27.12 Karangduwur. Terbukti
pada siklus I keberhasilannya 56% dan pada siklus II keberhasilannya mencapai
83%, 2) Dengan menggunakan media bahan bekas dapat meningkatkan kemampuan membuat
bentuk pada anak didik TK Pertiwi 14.27.12
Karangduwur.
Saran
Sebagai tindak lanjut
dari penelitian yang sudah dilaksanakan agar memperoleh hasil yang optimal
dalam menggunting dan membuat bentuk sesuai dengan tahap perkembangan anak usia
dini, maka disarankan hal-hal sebagai berikut : 1) Bagi
guru. Untuk dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan optimal, sebaiknya guru lebih kreatif dan inovatif
dalam menyajikan materi dikelas hingga anak termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran, 2) Bagi
orang tua. Saat
anak berada dirumah orang tua bisa memberikan aktivitas yang melibatkan motorik
halus, sehingga tidak hanya disekolah, 3)
Bagi lembaga. Untuk
dapat meningkatkan mutu pendidikan, lembaga perlu membekali seorang guru dalam
disiplin ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson (2012). Strategi Pembelajaran TK. Hal. 1.8.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Balita dan Perkembangannya (2012). Metode
Pengembangan Fisik. Hal. 1.13. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Briggs (2011). Metode Pengembangan Kognitif. Hal.
8.4. Jakarta: Universitas Terbuka
Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak (2012).
Metode Pengembangan Fisik. Hal. 1.13. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Gagne (2011). Metode Pengembangan Kognitif. Hal. 8.4.
Jakarta: Universitas Terbuka
Hartati (2014). Perkembangan dan Konsep Dasar
Pengembangan Anak Usia Dini. Hal. 1.4. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Heinich, Molenda, Russel (2012). Media dan Sumber
Belajar TK. Hal. 4.4. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Masitoh, dkk. (2012). Pembelajaran Terpadu. Hal.
1.3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
NAEYC (2014). Perkembangan dan Konsep Dasar
Pengembangan Anak Usia Dini. Hal. 1.3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
NEA (2012). Media dan Sumber Belajar TK. Hal. 4.5.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Pestalozzi (2012). Strategi Pembelajaran TK. Hal.
1.8. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (2014). Perkembangan dan Konsep Dasar
Pengembangan Anak Usia Dini. Hal. 1.3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
[1] Mahasiswa
Program S1 PGPAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka.
NIM. 821917923,
Email: rinidwiwijayanti@gmail.com